Rabu, 16 Mei 2012

salah kaprah tentang pengertian Fenotip (F)


Ternyata walaupun saat ini kelinci hias sudah dikenal luas di Indonesia, salah kaprah tentang pengertian Fenotip (F) masih saja berkembang. Dan seringkali hal ini dipakai oleh para "pedagang nakal" untuk mengatrol harga kelinci yang dijualnya.



Salah kaprah yang selama ini berkembang :

-> F0, adalah kelinci2 yang didatangkan dari luar negeri.

-> F1, adalah anakan dari F0.

-> F2, adalah anakan dari F1, dst.



Pengertian yang benar :

-> F0, adalah kelinci yang masih mempunyai darah murni (pure breed).

Contoh : Anda mempunyai
sepasang indukan rex dengan kualitas bagus. Ketika anda mengawinkan
kelinci tersebut, ternyata ada diantara anak2 kelinci tersebut yang
mempunyai bulu seperti kelinci biasa/bulunya rex namun tidak merata di
seluruh tubuhnya/kualitas bulu anak2nya tidak sebagus induknya. Ini
berarti indukan rex yang anda miliki bukanlah pure breed.



-> Istilah F1, F2, F3, dst sebenarnya hanya dipakai oleh breeder2 yang sedang mencoba mengembangkan jenis/strain baru atau digunakan untuk penelitian. Tujuannya adalah untuk mempermudah penandaan.



Contoh : Saya mempunyai Holland
Lop (HL) yang masih pure breed (F0), saya juga mempunyai Rex yang juga
masih pure breed (F0). Ketika saya mengawinkan kedua kelinci tsb, HL (F0) x Rex (F0) = anakan yang lahir inilah yang disebut dgn F1. Dengan kata lain, F1 adalah hasil persilangan pertama dari 2 jenis kelinci yang berbeda.
Namun perlu diperhatikan, induk yang digunakan harus benar2 pure breed
(F0). Jadi anda tidak bisa sembarangan menyilangkan kelinci2 anda,
karena hasilnya tentu jauh dari yang dibayangkan (kalau menurut istilah
saya adalah "silangan hancur").



Dan satu lagi yang harus diperhatikan, biasanya kelinci2 F1 tidak pernah dilepas ke pasar
(kecuali ke sesama breeder yang mempunyai tujuan sama). Kenapa? Karena
pada umumnya kualitas pada F1 bukanlah kualitas yang diharapkan.



Contoh : Ketika saya
mengawinkan HL x Rex, apa yang anda bayangkan? Saya akan mendapatkan
kelinci berbulu rex dengan telinga yang jatuh (tentu sangat
menyenangkan jika saya mendapatkan ini). Namun bagaimana jika yang saya
dapatkan sebaliknya? Anakan yang keluar justru berbulu seperti HL dan
telinganya tidak jatuh. Tentu kelinci2 tsb malah akan terlihat spt
kelinci lokal bukan? Sehingga, mungkin bisa jadi kualitas kelinci yang
saya harapkan baru akan saya dapatkan pada F5 dan baru bisa saya
murnikan pada F12 dimana akan menjadi jenis baru (F0). Ini adalah
sesuatu yang rumit dan membutuhkan proses yang tidak sebentar.



Jadi, jangan lagi mau dibohongi oleh pedagang2 nakal yang memang jumlahnya tidak sedikit! Jangan lagi terpatok dengan istilah2 F0, F1, dst.
Ketika anda ingin membeli satu jenis kelinci, coba anda cari tahu dulu
ciri2 atau kriteria standar yang diakui. Baru kemudian anda bisa
menilai apakah kelinci yang ingin anda beli itu kualitas bagus/biasa2
saja. Akhir kata, mudah2an penjelasan saya cukup mudah dipahami dan
bisa menambah pengetahuan kawan2 pecinta kelinci semuanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar