Kelinci dilambangkan sebagai kesuburan, bahkan juga di jadikan lambang play boy. lambang kesuburan di ambil karena kelinci mampu melahirkan lebih dari dua kali dalam setahun. tetapi ada juga beberapa peternak yang cuma mengejar uang semata memaksa kelinci untuk beranak hingga 6 kali dalam setahun.
Istilah kelinci sebagai mesin penghasil uang ada benarnya,dan kelinci memiliki potensi yang sangat baik juga dapat di benarkan namun hal tersebut juga harus di kelola dengan baik jika ingin terwujud.Ada banyak hal yang harus di perhatikan dalam pemeliharaan kelinci agar potensi yang ada di dalamnya benar benar bisa di capai. Mari kita lihat dari sisi pengelolaan indukan, berikut point penting yang harus kita perhatikan dalam upaya perbanyakan bibit:
1. Kesejahteraan induk kelinci
2. Kesehatan induk kelinci
3. Kesehatan anak anak kelinci
4. Kualitas anak / bibit yang di hasilkan
5. Kelangsungan bisnis ternak kelinci.
1. Kesejahteraan Induk Kelinci
Mengawinkan indukan kelinci adalah pada saat indukan benar benar siap untuk di kawinkan artinya seekor induk harus siap secara fisik maupun mental. Secara fisik seekor indukan harus benar benar cukup usia dan matang kelamin. Masing masing kelinci siap untuk kawin pada usia yang berbeda beda tergantung dari jenis dan besarnya kelinci. Untuk kelinci jenis kecil seperti himalayan, dan dutch sudah siap kawin pada umur 6 bulan, kelinci rex mulai kawin pada usia 8-10 bulan sedangkan untuk jenis Flamish bisa di atas umur 1 tahun untuk benar benar siap kawin.
Perilaku kelinci yang sudah siap kawin di tunjukan pula dengan keinginan kelinci untuk mendekati pejantan, menggosokan dagunya ke sekitar kandang serta memiliki perubahan fisik pada kelaminnya. Pada Kelinci betina vulva nya akan berwarna kemerahan dan agak basah, ini menandakan kelinci benar benar siap untuk kawin. Pada Pejantan kantung kelamin (maaf:buah pelir)sudah mulai terlihat menggantung.
Bakal indukan yang terawat dengan baik biasanya tidak memiliki masalah dengan perkawinannya, terlebih jika kita paham saat yang tepat untuk mengawinkannya.Perkawinan kelinci yang dilakukan pada masa tidak subur dapat mengakibatkan bunting palsu,atau jumlah anakan yang sedikit (kurang dari 3 ekor).
Kebutuhan kelinci pada masa kehamilan harus mendapat perhatian yang ekstra, ini di maksudkan agar nantinya dalam masa pasca kelahiran tidak menimbulkan permasalahan yang merepotkan peternak di kemudian hari. Peternak harus dapat memastikan terjaminnya kebutuhan pakan dan nutrisinya, air minum, sarana dan prasarana kandang beranak, serta jaminan situasi kondisi kandang yang tenang dan aman bagi induk kelinci dan anak-anaknya kelak.
2. Kesehatan induk kelinci
Induk kelinci yang dikawinkan harus dalam kondisi sehat (termasuk pejantannya), tidak terkena penyakit, dan memiliki kondisi fisik yang prima (bulu bersih, tidak cacat, tidak kurus dan memiliki nafsu makan yang baik).
Pengaturan jarak antar perkawinan pertama dan seterusnya harus memperhatikan kesehatan induk, jangan jadikan kelinci sebagai mesin beranak. Induk kelinci harus memiliki waktu untuk memulihkan kondisi fisiknya setelah masa menyusui. Memang benar induk kelinci bisa di kawinkan selama masa menyusui namun kondisi ini tentunya akan berpengaruh pada turunnya kualitas anakan dan kesehatan induk.
Peternak perlu di memperhatikan mengenai silsilah indukan yang di miliki, hal ini di maksudkan untuk menghindari adanya perkawinan sedarah yang dapat mengakibatkan kelainan atau cacat bawaan. Disinilah pentingnya bagi kita untuk memiliki pencatatan / kartu induk bagi kelinci peliharaan.
3. Kesehatan anak anak kelinci
Induk kelinci yang terlalu cepat untuk dikawinkan kembali tentunya akan memperpendek masa menyusui anak-anaknya, dan ini tentunya akan berakibat cukup serius pada ketahan tubuh anak-anak kelinci. Alih-alih ingin segera memperbanyak kelinci (uang) justru malah mengakibatkan kerugian.
Banyak pedagang maupun peternak kelinci yang berupaya untuk mencari keuntungan tanpa memperhatikan kesehatan anak kelinci, sehingga anak-anak kelinci tersebut akhirnya mati di tangan pembeli. Kematian ini Bukan karena hanya salah pemberian pakan tetapi lebih disebabkan karena anak anak kelinci tersebut belum melalui masa lepas sapih. Kondisi ini tentu saja akan membuat senang pedagang karena pembeli akan datang lagi untuk membeli kelinci baru. Namun hati-hati bahwa pembeli akan beranggapan bahwa memelihara kelinci itu sulit sehingga kondisi ini akan menjadi boomerang bagi pedagang dan peternak di kemudian hari.
4. Kualitas anak / bibit yang di hasilkan
masih terkait dengan jarak antar perkawinan, anak anak kelinci yang memiliki waktu yang cukup bersama induknya hingga masa lepas sapih memiliki kondisi fisik yang baik dan mampu untuk menjadi indukan yang baik pula. Anak-anak kelinci hasil perkawinan sedarah cenderung bermasalah di kemudian hari dan sering kali memiliki kelainan atau cacat bawaan.
Pengalaman saya pribadi bahwa kelinci betina yang di kawinkan dengan pejantan yang lebih tua mampu menghasilkan anak-anak dengan kualitas yang lebih baik, namun demikian hal ini masih perlu di buktikan secara ilmiah untuk bisa di jadikan sebagai ilmu pemeliharaan kelinci.
Beberapa peternak meyakini bahwa bakal indukan yang baik adalah anak-anak dari generasi ketiga dan seterusnya, namun demikian anak-anak kelinci generasi pertamapun mampu menjadi indukan yang baik dengan catatan di pelihara sesuai dengan kaidah pemeliharaan yang benar.
5. Kelangsungan bisnis ternak kelinci.
Bisnis yang baik adalah bisnis yang mampu memberikan kepuasan bagi kedua belah pihak, antara pengusaha dan juga marketnya. Seperti yang di singgung pada point 3 hendaknya perilaku peternak/pedagang seperti ini bisa kita hindarkan. Bisnis kelinci hendaknya di bangun atas dasar kepercayaan dan kejujuran, Insya Allah akan mendatangkan berkah dan kemajuan.