Kelinci dipelihara untuk dinikmati keindahan bulunya, dan dinikmati dagingnya karena lebih gurih dan halus dibanding daging ayam, atau kambing. Bila Anda penggemar hewan kelinci, maka Anda cukup beruntung. Karena, kalau sebelumnya memiliki kelinci hanya menjadikannya hewan peliharaan dan hias, kini kelinci bernilai bisnis. Permintaan daging binatang itu sekarang meningkat.
Alasan orang memelihara kelinci adalah karena hewan ini jinak dan lucu. Beberapa jenis di antaranya memiliki bulu menarik sehingga orang semakin meminatinya untuk hiburan di rumah. Orang lalu mencoba mengembangbiakkan kelinci karena bibit hewan ini sebagian masih harus didatangkan dari Australia, atau Eropa.
Salah seorang pecinta dan sekaligus pebisnis kelinci adalah Ongky Sasongko, pemilik Conejo Rabbit Breeder di Yogyakarta. Ia mengawali hobi beternak kelinci dengan membeli beberapa ekor sebagai bibit. Namun, karena usianya masih muda hewan itu banyak yang mati. Dari pengalaman ia tahu bahwa setelah lahir, kelinci membutuhkan waktu sekitar 40 hari untuk mandiri dari induknya,
Ongky pun banyak belajar bagaimana memelihara kelinci dari berbagai sumber informasi. Sejak empat tahun lalu pria yang memiliki latar belakang pendidikan arsitektur ini mulai serius beternak kelinci. Saat ini ia memiliki sekitar 150 ekor kelinci hias yang terdiri atas 12-15 jenis, seperti Rex America, Dwarf, English Spot, Dutch, jersey wolley, harley queen, dan sebagainya. Di dunia sebenarnya ada 72 jenis kelinci hias dan potong. Sekitar 50 jenis di antaranya terdapat di Indonesia.
Setiap ekor bibit kelinci Ongky menjualnya seharga Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu. Harga kelinci berukuran induk berkisar Rp 250 ribu hingga Rp 500 ribu per ekor. Ongky mencari bibit itu hingga ke Bandung, dan wilayah lain di Pulau Jawa. Ia berharap bibit kelinci bermutu bisa terus didatangkan ke Indonesia agar bibit bermutu bisa dilestarikan. ''Pada zaman Pak Harto ada banyak bibit bagus di Tapos tapi sekarang lain. Saya ingin ada perhatian dari pemerintah untuk ini,'' lanjutnya.
Rendah kolesterolHewan ini bisa dilepas di halaman terbuka di rumah, atau dalam kandang yang dibuat secara khusus. Bila dilepas di halaman, kelinci akan memakan tanaman yang ada di halaman. Kandang yang dipakai sebaiknya berukuran minimal 60 x 40 sentimeter untuk seekor kelinci. Kandang itu harus bersih, tidak lembab, cukup penyinaran, dan anam dari makhluk predator semisal musang, tikus, dan ular.
Selain sayuran, kelinci juga makan rumput, bekatul, ampas tahu, atau gandum. Sebagai menu tambahan bisa pula diberikan apel, atau pisang. Hewan ini juga termasuk yang tidak mudah sakit. Penyakit yang sering diderita kelinci adalah scabbies, sejenis kudis di kulit yang amat gatal. Penyakit ini biasanya muncul bila ia berada di tempat yang lembab tapi bisa diatasi dengan obat oles. Penyakit lainnya adalah pilek, atau batuk sebagaimana layaknya manusia. ''Kalau sakit bisa diberikan obat manusia asalkan dosisnya dikurangi.'' Selain dipelihara untuk dinikmati keindahan bulunya, daging kelinci telah lama dinikmati orang karena lebih gurih dan halus dibanding daging ayam, atau kambing. ''Kolesterolnya rendah dan mengandung protein yang tinggi,'' kata Ongky.
Dari benua lainKebanyakan kelinci yang dipotong dan dimasak begitu adalah yang berasal dari Selandia Baru, atau Australia. Jenis lain adalah Flaam Reuss yang berasal dari Reropa. Biasanya berat kelinci ini mencapai 5-6 kg per ekor. ''Sebenarnya semua jenis kelinci bisa dipotong, tapi orang sayang karena bulunya yang menarik dan binatangnya lucu. Jadi, kelinci dipelihara saja,''tuturnya.
Kini permintaan kelinci meningkat, baik untuk dipotong maupun sebagai hewan peliharaan. Beberapa pesanan daging kelinci datang dari rumah makan, atau swalayan. Sayang, peternak kelinci di wilayah tempat tinggal Ongky belum sanggup memenuhi permintaan itu karena kapasitas peternak yang masih terbatas.
Sugiharto, peternak bibit kelinci Griya Unggul Yogyakarta mengakui hal tersebut. Dari ratusan ekor kelinci Australia yang ia miliki, kini hanya tersisa 50 ekor di kandang karena banyaknya permintaan. Pria yang menjalankan bisnisnya di Sleman, Yogyakarta sejak 1996 ini menjual tiap ekor kelinci sebesar Rp 30 ribu. Sedangkan daging kelinci potong dijual Rp 9 ribu hingga Rp 10 ribu per ekor.
Para peternak pun masih banyak belajar dari peternak lainnya melalui paguyuban peternak kelinci yang dikelola Sugiharrto bersama sekitar 50 peternak lainnya. Besarnya minat beternak kelinci itu lantaran memeliharanya tidak sulit. ''Kalau gagal beternak sampai 30 persen, itu masih dapat dikatakan berhasil,'' tukas Sugigarto.
Untuk Dipotong, atau demi Bulu
Kelinci adalah salah satu hewan yang bisa dijumpai di banyak negara karena ia bisa beradaptasi dengan berbagai iklim di banyak negara. Menurut situs www.iptek.net.id tentang teknologi tepat guna yang dilansir Kementerian Riset dan Teknologi Indonesia, penyebaran pemeliharaan kelinci masih tradisional.
Jenis yang umum diternakkan adalah American Chinchilla, Angora, Belgian, Californian, Dutch, English Spot, Flemish Giant, Havana, Himalayan, New Zealand Red, White dan Black, dan Rex America. Kelinci lokal sebenarnya berasal dari Eropa yang telah bercampur dengan jenis lain hingga sulit dikenali lagi.
Manfaat yang diambil dari kelinci adalah bulu dan daging yang sampai saat ini mulai laku keras di pasaran. Selain itu masih dapat dimanfaatkan untuk pupuk, kerajinan dan pakan ternak. ''Air seninya bisa dipakai untuk penyubur tanaman anggrek dan pembasmi penyakit di daun,'' kata Ongky Sasongko, pemilik Conejo Rabbit Breeder di Yogyakarta.
Menurut situs iptek tadi, fungsi kandang sebagai tempat berkembang biak diberi suhu ideal 21 derajat Celsius. Sirkulasi udara lancar, lama pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi ternak dari predator. Kandang kelinci dibedakan menurut kegunaannya. Untuk dipakai induk atau kelinci dewasa, atau induk dan anak-anaknya, kandang jantan, khusus untuk pejantan dengan ukuran lebih besar, dan kandang anak lepas sapih. Untuk menghindari perkawinan awal kelompok dilakukan pemisahan antara jantan dan betina. Kandang berukuran 200x70x70 cm tinggi alas 50 cm cukup untuk 12 ekor betina/10 ekor jantan. Kandang anak (kotak beranak) beukuran 50x30x45 cm.
Untuk tujuan apa Anda memelihara kelinci akan menentukan jenisnya. Jika ingin mendapatkan bulu, yang cocok adalah jenis Angora, American Chinchilla dan Rex. Sedang untuk tujuan potong jenis Belgian, Californian, Flemish Giant, Havana, Himalayan dan New Zealand merupakan ternak yang cocok dipelihara. Baik untuk tujuan mendapatkan bulu maupun dagingnya, kelinci harus punya sifat fertilitas tinggi, tidak mudah panik, tidak cacat, mata bersih dan terawat, bulu tidak kusam, dan lincah/aktif bergerak.
Sumber : Republika Online
Alasan orang memelihara kelinci adalah karena hewan ini jinak dan lucu. Beberapa jenis di antaranya memiliki bulu menarik sehingga orang semakin meminatinya untuk hiburan di rumah. Orang lalu mencoba mengembangbiakkan kelinci karena bibit hewan ini sebagian masih harus didatangkan dari Australia, atau Eropa.
Salah seorang pecinta dan sekaligus pebisnis kelinci adalah Ongky Sasongko, pemilik Conejo Rabbit Breeder di Yogyakarta. Ia mengawali hobi beternak kelinci dengan membeli beberapa ekor sebagai bibit. Namun, karena usianya masih muda hewan itu banyak yang mati. Dari pengalaman ia tahu bahwa setelah lahir, kelinci membutuhkan waktu sekitar 40 hari untuk mandiri dari induknya,
Ongky pun banyak belajar bagaimana memelihara kelinci dari berbagai sumber informasi. Sejak empat tahun lalu pria yang memiliki latar belakang pendidikan arsitektur ini mulai serius beternak kelinci. Saat ini ia memiliki sekitar 150 ekor kelinci hias yang terdiri atas 12-15 jenis, seperti Rex America, Dwarf, English Spot, Dutch, jersey wolley, harley queen, dan sebagainya. Di dunia sebenarnya ada 72 jenis kelinci hias dan potong. Sekitar 50 jenis di antaranya terdapat di Indonesia.
Setiap ekor bibit kelinci Ongky menjualnya seharga Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu. Harga kelinci berukuran induk berkisar Rp 250 ribu hingga Rp 500 ribu per ekor. Ongky mencari bibit itu hingga ke Bandung, dan wilayah lain di Pulau Jawa. Ia berharap bibit kelinci bermutu bisa terus didatangkan ke Indonesia agar bibit bermutu bisa dilestarikan. ''Pada zaman Pak Harto ada banyak bibit bagus di Tapos tapi sekarang lain. Saya ingin ada perhatian dari pemerintah untuk ini,'' lanjutnya.
Rendah kolesterolHewan ini bisa dilepas di halaman terbuka di rumah, atau dalam kandang yang dibuat secara khusus. Bila dilepas di halaman, kelinci akan memakan tanaman yang ada di halaman. Kandang yang dipakai sebaiknya berukuran minimal 60 x 40 sentimeter untuk seekor kelinci. Kandang itu harus bersih, tidak lembab, cukup penyinaran, dan anam dari makhluk predator semisal musang, tikus, dan ular.
Selain sayuran, kelinci juga makan rumput, bekatul, ampas tahu, atau gandum. Sebagai menu tambahan bisa pula diberikan apel, atau pisang. Hewan ini juga termasuk yang tidak mudah sakit. Penyakit yang sering diderita kelinci adalah scabbies, sejenis kudis di kulit yang amat gatal. Penyakit ini biasanya muncul bila ia berada di tempat yang lembab tapi bisa diatasi dengan obat oles. Penyakit lainnya adalah pilek, atau batuk sebagaimana layaknya manusia. ''Kalau sakit bisa diberikan obat manusia asalkan dosisnya dikurangi.'' Selain dipelihara untuk dinikmati keindahan bulunya, daging kelinci telah lama dinikmati orang karena lebih gurih dan halus dibanding daging ayam, atau kambing. ''Kolesterolnya rendah dan mengandung protein yang tinggi,'' kata Ongky.
Dari benua lainKebanyakan kelinci yang dipotong dan dimasak begitu adalah yang berasal dari Selandia Baru, atau Australia. Jenis lain adalah Flaam Reuss yang berasal dari Reropa. Biasanya berat kelinci ini mencapai 5-6 kg per ekor. ''Sebenarnya semua jenis kelinci bisa dipotong, tapi orang sayang karena bulunya yang menarik dan binatangnya lucu. Jadi, kelinci dipelihara saja,''tuturnya.
Kini permintaan kelinci meningkat, baik untuk dipotong maupun sebagai hewan peliharaan. Beberapa pesanan daging kelinci datang dari rumah makan, atau swalayan. Sayang, peternak kelinci di wilayah tempat tinggal Ongky belum sanggup memenuhi permintaan itu karena kapasitas peternak yang masih terbatas.
Sugiharto, peternak bibit kelinci Griya Unggul Yogyakarta mengakui hal tersebut. Dari ratusan ekor kelinci Australia yang ia miliki, kini hanya tersisa 50 ekor di kandang karena banyaknya permintaan. Pria yang menjalankan bisnisnya di Sleman, Yogyakarta sejak 1996 ini menjual tiap ekor kelinci sebesar Rp 30 ribu. Sedangkan daging kelinci potong dijual Rp 9 ribu hingga Rp 10 ribu per ekor.
Para peternak pun masih banyak belajar dari peternak lainnya melalui paguyuban peternak kelinci yang dikelola Sugiharrto bersama sekitar 50 peternak lainnya. Besarnya minat beternak kelinci itu lantaran memeliharanya tidak sulit. ''Kalau gagal beternak sampai 30 persen, itu masih dapat dikatakan berhasil,'' tukas Sugigarto.
Untuk Dipotong, atau demi Bulu
Kelinci adalah salah satu hewan yang bisa dijumpai di banyak negara karena ia bisa beradaptasi dengan berbagai iklim di banyak negara. Menurut situs www.iptek.net.id tentang teknologi tepat guna yang dilansir Kementerian Riset dan Teknologi Indonesia, penyebaran pemeliharaan kelinci masih tradisional.
Jenis yang umum diternakkan adalah American Chinchilla, Angora, Belgian, Californian, Dutch, English Spot, Flemish Giant, Havana, Himalayan, New Zealand Red, White dan Black, dan Rex America. Kelinci lokal sebenarnya berasal dari Eropa yang telah bercampur dengan jenis lain hingga sulit dikenali lagi.
Manfaat yang diambil dari kelinci adalah bulu dan daging yang sampai saat ini mulai laku keras di pasaran. Selain itu masih dapat dimanfaatkan untuk pupuk, kerajinan dan pakan ternak. ''Air seninya bisa dipakai untuk penyubur tanaman anggrek dan pembasmi penyakit di daun,'' kata Ongky Sasongko, pemilik Conejo Rabbit Breeder di Yogyakarta.
Menurut situs iptek tadi, fungsi kandang sebagai tempat berkembang biak diberi suhu ideal 21 derajat Celsius. Sirkulasi udara lancar, lama pencahayaan ideal 12 jam dan melindungi ternak dari predator. Kandang kelinci dibedakan menurut kegunaannya. Untuk dipakai induk atau kelinci dewasa, atau induk dan anak-anaknya, kandang jantan, khusus untuk pejantan dengan ukuran lebih besar, dan kandang anak lepas sapih. Untuk menghindari perkawinan awal kelompok dilakukan pemisahan antara jantan dan betina. Kandang berukuran 200x70x70 cm tinggi alas 50 cm cukup untuk 12 ekor betina/10 ekor jantan. Kandang anak (kotak beranak) beukuran 50x30x45 cm.
Untuk tujuan apa Anda memelihara kelinci akan menentukan jenisnya. Jika ingin mendapatkan bulu, yang cocok adalah jenis Angora, American Chinchilla dan Rex. Sedang untuk tujuan potong jenis Belgian, Californian, Flemish Giant, Havana, Himalayan dan New Zealand merupakan ternak yang cocok dipelihara. Baik untuk tujuan mendapatkan bulu maupun dagingnya, kelinci harus punya sifat fertilitas tinggi, tidak mudah panik, tidak cacat, mata bersih dan terawat, bulu tidak kusam, dan lincah/aktif bergerak.
Sumber : Republika Online