Rabu, 22 Juli 2009

Kelinciku Jangan Sampai Mati...!!!

Bagaimana cara memelihara Kelinci kesayangan kita agar tidak mati...?!

Ntar kita bahas yaahhh...

Pada dasarnya hidup matinya makhluk hanya Tuhan yang tau... kita harus ikhlas, manusia hanya bisa berencana saja dibalik itu hanya KUASA ILLAHI ROBBI.

Tapi bagaimana agar kelinci kita terhindar dari kematian...!!
Yang terpenting adalah jaga mutu makanan, jangan pernah memberikan makanan atau sayuran basah karena akan mengakibatkan mencret.

Kemudian Jangan pernah melepas kelinci kesayangan kita di taman pada pagi hari, karena rerumputan yang ada di sekitar rentan dgn embun pagi yang mengakibatkan mencret.

Lantas apa makanan yang baik untuk kelinci kesayangan kita..? ha...ha...
Ternyata kelinci makan makanan apa yg di makan oleh manusia. Nasi juga dimakan sama kelinci, tapii.... eit....eit...!!! eng ing eng.....!!!!! sebaiknya menu makanan bervariasi, bila di pagi hari kita kasih nasi hangat.... siangnya di kasih sayuran atau rumput, tapi ingat kalo sayuran yg kita beli di pasar sebaiknya di cuci terus di keringkan jangan sampai sayuran tersebut basah...!!! kalaupun layu... itu lebih baik, trus malam nya kita kasih umbi umbian.. seperti Wortel atau Ubi Jalar (Ketela Rambat).

Kelinci sangat doyan makan.... tapi ingat jangan di kasih makanan yang monoton....!!!

Kelinci Pedaging

Akhir-akhir ini bisnis kelinci pedaging semakin diminati oleh sebagian pebisnis di tanah air, apalagi semenjak mewabahnya virus flu burung sebagian Rumah Sakit mengganti menu daging ayam dengan daging kelinci, perusahaan sosis-pun kini menghadirkan variant sosis kelinci untuk menggantikan sosis ayam. Bahkan Kami sempat terkaget-kaget ketika ada pelanggan yg berencana membeli 10.000 ekor kelinci pedaging dari Kami…woww…. :)
Sebenarnya bisnis kelinci pedaging sudah sejak lama dimulai oleh peternak-peternak di Indonesia, hanya saja karena tidak adanya forum/wadah yg mengakomodir para peternak menyebabkan distribusi kelinci pedaging tidak merata. Di suatu daerah jumlah kelinci pedaging menumpuk hingga peternak kebingunan untuk menyalurkanya, sedangkan di daerah lainya para bandar kebingungan memenuhi orderan. Kami pernah mendapat informasi ada seorang peternak yg kebingungan untuk menyalurkan kelincinya pada akhirnya membagikan kelinci miliknya secara cuma-cuma! Sayang saat itu Kami tidak ada :P
Memang bisnis kelinci pedaging gampan-gampang susah,…kelinci bukanlah komoditi primer(bahan pokok) yg dicari oleh masyarakat, sehingga pemerintah tidak merasa perlu untuk campur tangan dalam menentukan harga kelinci. Berbeda dengan harga sapi, ayam, atau komoditi peternakan lainya yg termasuk kedalam komoditi primer. Saat harga daging sapi melonjak, pemerintah langsung turun tangan untuk menekan kenaikan harga sapi,..tapi saat harga kelinci fluktuatif, pemerintah tidak akan turun tangan, sehingga pasar yg akan menentukan harga kelinci. Hal ini pulalah yg menyebabkan harga kelinci di tiap daerah berbeda-beda. Sehingga jika Kita ingin memulai berbisnis kelinci pedaging, Kita harus melakukan survei pasar terlebih dahulu dan melakukan perhitungan untung-ruginya. Tidak semua daerah di Indonesia cocok untuk bisnis kelinci pedaging.
Kendala utama dari beternak kelinci pedaging adalah jumlah orderan yg sering kali tidak sesuai dengan kemampuan peternak. Kebanyakan orderan yg datang meminta daging kelinci dalam jumlah yg sangat besar secara rutin. Bayangkan saja, rekan Kami pernah mendapatkan permintaan daging kelinci(sudah disembelih) sebanyak 2ton!! Umumnya berat karkas kelinci adalah 33% (sepertiga)berat hidup, artinya jika kelinci hidup memiliki berat 3kg, maka saat disembelih berat dagingnya hanya sebesar 1kg saja. Jika orderan tersebut menuntut pasokan sebanyak 2ton daging kelinci/bulan maka Kita harus menyiapkan 6ton kelinci hidup, atau 3000 kelinci/bulan. Tentu ini bukan hal yg mudah, banyak aspek yg harus dipikirkan, mulai dari tempat penyembelihan, pegawai, freezer,dll. Belum lagi orderan seperti itu biasanya bersifat profesional, artinya jika Kita tidak mampu memenuhi orderan sesuai kesepakatan kerjasama, maka Kita akan dikenakan denda. Rumit bukan???tapi itulah tantanganya :)
Nah,..sekarang jenis kelinci apakah yg cocok untuk bisnis kelinci pedaging?
Beberapa peternak menggunakan jenis kelinci flemish giant(plams giant), namun Kami sendiri lebih senang menggunakan jenis kelinci Lokal. Kelinci Lokal adalah kelinci yg tidak masuk ke dalam katagori kelinci hias. Biasanya kelinci jenis ini turunan/silangan dari kelinci New Zealand. Mengapa tidak menggunakan kelinci flemish?Karena kelinci flemish memiliki nilai jual yg lebih tinggi jika dijual sebagai kelinci hias dibandingkan jika Kita jual sebagai kelinci pedaging.
Gimana,..ada yg tertarik mencoba berbisnis kelinci pedaging ? :)

Gelegar Festival Kelinci Nasional 2009 Bandung Barat

lopFestival Kelinci Nasional Bandung Barat dilaksanakan 13 Juli 2009. Ribuan pengunjung memadati area Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang sejak jam 07:00 sampai sore. Sedianya acara Kontes Kelinci akan diusahakan selesai pada jam 15:00, tetapi karena pesertanya membludak, acara baru selesai pukul 09:00 malam. Luar biasa. Usaha dan kerja keras panitia dari paguyuban peternak kelinci Bandung di bawah komando Asep Sutisna akhirnya membuahkan hasil yang gemilang. “Antusiasme masyarakat ternyata sangat besar. Saya tidak menyangka bisa demikian, ” Ujar Mamur Suriaatmadja, Promotor Nasional Kelinci era 1980an. Dari jumlah peserta pemilik kelinci yang mencapai 100 orang, terdapat lebih 600 ekor kelinci dari beragam jenis yang diikutkan Festival. Setiap peserta (kelinci) hanya dikenai biaya pendaftaran Rp 25.000. Akibatnya banyak peserta yang membawa empat, enam, bahkan ada yang mengikutkan sembilan ekor kelinci,” Ujar salahsatu panitia di meja registrasi. “Kita kurang persiapan karena acara ini bukan murni dari paguyuban, melainkan diajak kerjasama oleh BBPP. Persiapan hanya dua minggu. Coba kalau dua bulan sebelumnya,” komentar Asep Sutisna. Sekalipun sukses besar dari acara tersebut sebenarnya Asep kurang puas karena banyak sarana yang kurang dipersiapkan, seperti dokumentasi kepanitiaan dan konferensi pers. Namun demikian Asep berterimakasih kepada semua pihak yang telah meluangkan waktu di hari senin sepanjang hari dari pagi hingga larut malam untuk kelangsungan kesuksesan tersebut. (Ganjar)

DSC00253DSC00306DSC00343DSC00234DSC00312DSC00386

DSC00389DSC00403juara 1 lop bppt 13 juli 2009DSC00468DSC00460DSC00456

Kenapa saya perlu membaca buku ini?

Karena saya seorang usahawan progresif yang sadar harus memanfaatkan peluang bisnis di setiap lini. Tak ada salahnya bagi saya melirik dunia peternakan atau dunia bisnis kelinci yang luar biasa menjanjikan dan bisa dilakukan di manapun saya berada. Sekalipun saya bukan peternak dan tidak akan beternak langsung tapi tidak ada salahnya saya melirik peluang potensi ternak dan bisnis kelinci. Cepat atau lambat saya akan masuk ke dunia perkelincian. Kemungkinan saya akan melakukan investasi untuk ternak kelinci kepada mereka yang sungguh-sungguh mau mengembangkan peternakan kelinci dengan modal saya. Membaca buku ini adalah langkah awal sebelum masuk ke kawasan luas dunia perkelincian. Bagi saya ilmu pengetahuan yang lengkap adalah kata kunci. Tuhan menganugerahkan akal budi kepada kita agar selalu cerdas memanfaatkan ilmu pengetahuan. Dan buku ini adalah sebuah karya baik karena membimbing ke arah pengetahuan di bidang tersebut.

Karena saya seorang ibu rumah tangga yang tidak ingin memubadzirkan waktu dan kesempatan memanfaatkan potensi bisnis sampingan dengan memelihara kelinci di rumah. Saya tahu bahwa kelinci bukan hanya penghasil daging, melainkan sebagai penghasil uang dan penghasil kebahagiaan sehari-hari. Kehidupan modern yang begitu keras membuat kita harus mengimbangi dengan banyak bergaul dengan satwa. Ibu rumah tangga adalah sosok yang paling tepat untuk mengelola kelinci, lebih tekun, pembersih, perhatian dan memiliki kasih sayang terhadap hewan. Anak-anak saya bahagia berhibur setiap saat dengan adanya kelinci di rumah. Tetapi banyak pengalaman ibu rumah tangga memelihara kelinci gagal. Saya sadar bahwa satu hal yang penting dari kegagalan itu ialah mengabaikan ilmu pengetahuan pemeliharaan. Dengan buku ini saya mendapatkan solusi praktisnya. Selain buku ini penting bagi pemelihara, juga penting sebagai pengetahuan kehidupan untuk anak-anak saya. Sekalipun buku ini berbicara tentang kelinci tetapi sesungguhnya sangat inspiratif untuk pembelajaran hidup sehari-hari.

Berbagai gambar kelinci dan petunjuk dalam buku ini sangat menyenangkan dibaca. Kita juga mendapat banyak ilmu pengetahuan tentang kandungan serat, perlunya keseimbangan pakan, kebersihan, perhatian dan lain sebagainya.

Karena saya seorang peternak kelinci. Selama ini saya sudah mengembangkan ternak kelinci. Pengalaman lapangan memang sangat penting, tetapi jika hanya mengandalkan praktek lapangan untuk mendapatkan ilmu terlalu lama. Solusi terbaiknya ialah membaca buku ini. Buku ini menghadirkan kiat-kiat praktis yang nampaknya banyak dikembangkan dari praktek sehari-hari di lapangan. Kalau selama ini buku pemeliharaan kelinci cenderung teoritis, maka buku ini berbicara lain dari yang lain. Tak ada ruginya mengeluarkan uang untuk sebuah pengetahuan yang dengan itu saya akan tahu banyak cara meraih sukses beternak kelinci.

Karena saya seorang pelaku bisnis di sektor agrobisnis dan agroindustri. Pada prinsipnya dunia pertanian tak pernah terpisah dari dunia peternakan. Tetapi tidak semua peternakan bisa dilakukan oleh kami. Pupuk adalah kebutuhan mutlak dunia pertanian. Dan pupuk kelinci termasuk air kencingnya adalah aset paling berharga untuk kesuburan tanaman. Saya harus membaca buku ini untuk mengetahui seluk beluk peternakan kelinci serta pemanfaatan pupuk kelinci.

Karena saya seorang pejabat publik. Sebagai pejabat saya harus kreatif mencari terobosan usaha yang menjanjikan rakyat banyak. Potensi kelinci selama ini saya dengar sangat menjanjikan, tetapi belum optimal dikembangkan. Melalui buku ini saya akan tahu bagaimana potensi itu digali, untuk kemudian akan kami jadikan pijakan menggulirkan ide beternak kelinci bagi masyarakat. Masyarakat tidak cukup diberikan bantuan modal dan dorongan moral semata. Ilmu pengetahuan adalah kata kunci untuk menuju tangga kesuksesan menjalankan usaha baru.

Menyapih (Weaning) Anak kelinci (Kits)

kits-smallbytesMenyapih adalah merupakan proses belajar bagi kelinci kecil untuk hidup mandiri dan terlepas dari ketergantungan induknya. Sebetulnya proses penyapihan ini tidak perlu dilakukan secara manual karena secara otomatis si induk sendiri yang akan melakukannya jika dirasakannya secara insting bahwa anak-anak mereka sudah dapat mempertahankan kehidupan mereka sendiri.

Tapi berhubung ada tujuan lain dari pemilik, terutama untuk mempercepat periode produksi dan agar si anak-anak kelinci ini dapat segera dijual maka mau tidak mau proses penyapihan harus segera dilaksanakan. Dan biasanya para pemilik/peternak memiliki periode tertentu dalam menentukan masa penyapihan, kira-kira pada anak kelinci yang berusia 1-1,5 bulan. Alasan lain mempercepat penyapihan adalah adanya kondisi tidak aman bagi si anak kelinci (dalam usia kurang dari masa penyapihan). Contoh yang sering terjadi adalah bahwa si induk tidak mau menyusui anaknya, atau meninggalkan anaknya begitu saja setelah lahir. Untuk hal ini akan kita pisahkan materi penulisannya pada kesempatan yang lain. Tulisan pada post ini adalah hanya untuk kategori normal penyapihan.

Sebetulnya kapan sich waktunya untuk menyapih kelinci?

Kelinci dapat disapih mulai usia 4 minggu, karena pada masa ini produksi susu dari si induk mulai sedikit dan sudah saatnya mulai memisahkan anak-anak kelinci dari induknya. Langkah awal penyapihan adalah dengan memilih anak kelinci yang memiliki tubuh paling besar dari kelompoknya untuk dipindahkan pertama kali. Kemudian pada 2 hari berikutnya lakukan kembali untuk anak kelinci yang lain. Lakukan hal ini sampai anak-anak kelinci semuanya terpisah dari induknya. Nah pada saat inilah si kelinci kecil mulai belajar untuk makan dan minum sendiri. Pada saat ini yang perlu diperhatikan adalah kondisi dari masing-masing anak kelinci tersebut, jika saja ditemukan salah satu dari mereka memiliki kesulitan dalam hal makan dan minumnya sehingga akan mengganggu pertumbuhannya maka kembalikan ia ke induknya dan biarkan ia bersama induknya lebih lama dibandingkan dengan yang lainnya.

Yang penting juga untuk diperhatikan adalah bahwa, kelinci-kelinci kecil ini sangat rentan sekali terhadap penyakit yang namanya diare. Kebersihan kandang, peralatan makan/minum dan pakan yang diberikan harus lebih diperketat. Penting juga untuk memperhatikan tanda-tanda yang bisa diketahui apakah anak-anak kelinci ini ada yang terserang diare.

Masa-masa kritis dari proses penyapihan ini adalah sampai si anak kelinci memiliki usia 2 bulan, jika mereka semua dapat melewati masa ini maka resiko kematian akan semakin berkurang.

Finally, selamat mencoba and Good luck.

Panduan Budidaya dan Bisnis Kelinci

Judul Buku: KELINCI (Pemeliharaan secara ilmiah, tepat, dan terpadu).

Penulis: Faiz Manshur Kata Pengantar:Mu’tasim Fakkih SE MM. Editor: Mathori Al-Elwa. Penerbit; Nuansa Cendekia Bandung 2009. Jl Vijayakusuma II/E-06 Ujungberung-Bandung 40619. Telp 022-76883000/Hp:0818638038. Tebal: 284 Halaman 19 x 24 cm. Harga Rp 61.000kelinci


Bagian pertama menceritakan sejarah makhluk bertelinga panjang ini. Seluk beluk kelinci diulas dengan kacatama sejarah ini memberikan kesaksian kelinci sebagai makhluk purba yang mampu bertahan hidup dalam berbagai situasi. Memahami kelinci dalam konteks sejarah kita akan mendapatkan pengetahuan yang berharga. Sangat penting diketahui.

Bagian kedua mengulas karakter hidup dan kondisi fisik kelinci. Berbekal kajian yang mendalam soal biologi dan psikologi buku ini mengajak kita menyadari bahwa kelinci bukanlah jenis hewan yang bisa diperlakukan semau gue. Kelinci membutuhkan perhatian khusus untuk melangsungkan kehidupannya. Perlakuan kebanyakan orang menganggap kelinci sebagai hewan ternak selama ini telah banyak membuat peternakan gagal. Akibatnya; pemiliknya sedih, karena kelincinya bernasib tragis. Seperti anak-anak manusia, ternyata kelinci memang membutuhkan perhatian khusus dengan pendekatan psikologi.

Bagian ketiga kita akan diajak mengenal sisi kehidupan seksualitas dan pertumbuhan kelinci. Lagi-lagi kelinci telah membuktikan dirinya sebagai hewan unik yang berbeda dengan hewan lain. Siklus hormon seksual misalnya, sangat kontras berbeda dengan hewan ruminansia lainnya. Salah memperlakukan kelinci fatal akibatnya. Kegagalan pengembangbiakan yang selama ini terjadi karena para pemelihara kelinci tidak melihat aspek mendasar dari sisi biologis ini. Perhatian khusus dan tepat harus dilakukan jika ingin sukses beternak.

Bagian keempat. Setelah mengenal karakter dan biologisme kelinci pada bagian keempat kita akan diajak mengenal sisi dalam bagian pencernaan. Lagi-lagi, kelinci memiliki sistem pencernaan yang berbeda dengan hewan lain. Kesalahan menyajikan makanan sering kali berakibat menurunnya produktivitas. Tak jarang kelinci yang tidak memperoleh pasokan nutrisi yang baik sering kali mudah mati. Bagian ini mengulas seluk beluk sisi dalam pencernaan kelinci yang harus diketahui pembaca. Sekalipun bukan perkara sulit, tetapi membutuhkan pemahaman mendasar agar kelinci kesayangan Anda mendapat pasokan nutrisi yang seimbang.

Bagian kelima membahas masalah tata kelola hidup kelinci di dalam kandang. Ini adalah sesuatu yang tak kalah penting. Membuat rumah dan kandang kelinci secara asal-asalan akan membuat mereka stres dan tertekan. Kandang yang baik menjadi kebutuhan mendasar untuk kelangsungan hidup kelinci. Kelengkapan-kelengkapan kandang adalah suatu kebutuhan yang mesti dipenuhi. Bagaimana memenuhi kebutuhan rumah dan kandang kelinci yang tepat dan baik? Jawabannya ada pada bagian ini.

Bagian keenam adalah masalah yang paling sering ditanyakan oleh para pemilik kelinci. Kata kematian seringkali menjadi kata kunci dari pertanyaan ini. “Kenapa kelinci mati?” Jawabannya karena sakit. “Kenapa sakit?” Biasanya jawabannya geleng kepala. Hanya sedikit orang yang tahu masalah ini, yakni mereka yang sudah bertahun-tahun memelihara kelinci. Pengalaman satu dua tahun memelihara kelinci tak cukup menjadi bekal. Hanya melalui ilmu pengetahuan yang tepat masalah ini bisa dijawab. Ragam penyakit yang sebenarnya tidak berbahaya kadang dianggap berbahaya. Tragisnya, justru karena pengobatan yang salah membuat penyakit kelinci berkembang. Ada juga penyakit berbahaya tetapi dianggap sebagai penyakit ringan. Membaca bagian ini kita harus sabar dan telaten karena aneka ragam penyakit kelinci memang sangat kasuistis. Solusinya pun harus tepat. Tidak cukup mengobati kelinci dengan satu jenis obat, apalagi memakai jenis-jenis obat hewan lain. Pengenalan antibiotik alamiah maupun modern juga wajib diketahui kita semua.

Bagian ketujuh. Setelah urusan penyakit beres, kita akan diajak berkelana ke pemahaman potensi kelinci yang sangat luar biasa. “Tak ada yang tersisa dari kelinci” kata buku ini. Kelinci adalah makhluk spesial yang bisa membuat pemiliknya kaya-raya. Daging, pupuk, bulu, urin dan feses semuanya adalah harta berharga yang akan menjadikan setiap orang sukses meraup uang besar. Selama ini orang Indonesia menganggap potensi kelinci hanya dari satu dua sisi, padahal kalau kita mau cerdas, semua potensi itu bisa menjadi uang dalam waktu yang bersamaan.

Bagian kedelapan. Untuk meraih kesuksesan tentu saja dibutuhkan manajemen dan orientasi kerja yang baik. Potensi sebesar apapun tak akan jadi barang berharga jika kita tidak cerdas mengelola. Karena itu kita harus memiliki pemahaman yang terpadu dalam hal ini. Mitos-mitos kesuksesan dan kegagalan harus kita kenali. Pemberdayaan diri harus kita maksimalkan.

Bagian kesembilan pembaca akan mendapat panduan istilah-istilah peternakan, medis dan ilmu pengetahuan lain. Glosarium ini sangat membantu kita untuk memahami banyak hal yang sulit kita ketahui.

Akhirulkalam, buku ini bukanlah sekedar berisi kiat beternak. Buku ini memberikan kesaksian kepada kita tentang kelinci yang begitu dahsyat untuk melangsungkan kehidupan bisnis, ekonomi, pertanian dan investasi penghasil uang dalam jangka pendek dan panjang. Mereka yang bukan para peternak pun seyogianya mengenal potensi bisnis kelinci. (Adib Salim)

Sehat dengan Daging Kelinci yang Kenyal Laba

KONTAN: JAKARTA. Selain menjadi hewan peliharaan, kelinci ternyata juga enak untuk dijadikan santapan sehat. Protein hewani dan nilai gizi kelinci jauh lebih sehat ketimbang daging lainnya. Karena, kandungan kolesterolnya di bawah 5%. Tak heran, sajian daging kelinci merupakan menu yang laris diburu. Permintaan akan daging kelinci pun kian meningkat. Peluang ini tak lepas dari pengamatan Guntur Hermawan, pemilik peternakan kelinci Taman kelinci di Ciwidei, Bandung.

Pria 32 tahun ini awalnya hanya menernakkan kelinci hias saja. Namun melihat permintaan akan kelinci pedaging sedemikian tinggi, Guntur akhirnya tergiur juga untuk mencicipi kenyalnya laba bisnis daging kelinci ini. Di peternakannya, Guntur menjual dua macam daging kelinci. Yaitu yang masih hidup atau yang sudah berupa daging potong. Untuk kelinci hidup, harganya Rp 25.000 per kilo. Sementara untuk kelinci potong harganya Rp 55.000 per kilo. Dari harga tersebut Guntur mengaku mendapat margin sebesar 40% per kilonya.

Harga kelinci hidup lebih murah daripada harga kelinci potong karena kelinci hidup jika dipotong bakalan menyusut 40% beratnya. “Itu karena kepala, jeroan serta kakinya dibuang,” ujar Guntur. Dalam seminggu, Guntur mampu memasok 160 kelinci hidup untuk restoran dan pedagang daging kelinci di Lembang. Dalam seminggu, Guntur mampu meraup omzet Rp 4 juta. “Restoran biasanya mau menerima yang hanya ukuran dua kilo k eatas,” lanjut Guntur.

Selain daging kelinci, Guntur juga menjual otak, hati dan jantung kelinci. Harganya mulai Rp 35.000 sampai Rp 55.000 per kilo. Jeroan dan otak kelinci ternyata berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit asma dan mengatasi mandul. Peternak kelinci yang sudah puas mencicipi legitnya bisnis daging kelinci lainnya adalah Mutassim Fakih. Bapak 43 tahun ini sudah lima tahun menternakkan aneka jenis kelinci. “Untuk ternak, paling baik jenis Flam Giants karena cepat besar hanya dalam empat bulan,” ujar pria asal Klaten ini.

Di peternakan Si_Indonesia miliknya, Tasim, panggilan akrab Mutassim, bisa menjual sekitar 400 ekor kelinci saban minggunya. Satu ekor kelinci bobotnya sekitar empat kilo.

Sementara Tasim menjual kelincinya seharga Rp 13.000 per kilo. “Jadi kalau satu ekor bisa sekitar 52.000 harganya,” lanjutnya. Dari harga tersebut, Tasim sudah bisa mengantongi margin lebih dari 30%. Tak heran, Tasim bisa meraup omzet Rp 20,8 juta setiap minggunya. “Belum lagi penjualan bulu dan jeroannya,” ujar Tasim yang mempunyai sekitar 200 induk di penangkaran miliknya. Saat ini, Tasim sedang sibuk mengembangkan penyubur tanaman dari urine kelinci. “Bisnis ini yang akan menjadi bisnis utama saya,”ujar Tasim yang juga ketua kelompok tani Prestasi Andalan ini.

Sumber Tabloid Kontan: Minggu, 26 April 2009 | 10:21

Oooo… Penyakit ini to’ yang menyebabkan kelinciku mati

Sering saya dapatkan dalam forum tentang perkelincian dimana ada subject yang menanyakan kenapa kelinci Saya mati, padahal cuma mencret-mencret saja?…. Banyak jawaban yang simpang siur untuk mencari akar permasalahannya. Tentu hal ini tidak bisa disalahkan karena semua jawaban tersebut adalah berdasarkan pengalaman.

Nah sehubungan dengan kasus ini, Alhamdulillah Saya menemukan satu tulisan yang dapat dipertanggung jawabkan. Tulisan ini adalah merupakan hasil studi dan penelitian hasil lokakarya Badan Penelitian Peternakan Bogor. Untuk mendapatkan data secara lengkap dan akurat mengenai tulisan ini, Anda bisa langsung menuju ke link ini :

http://peternakan.litbang.deptan.go.id/publikasi/lokakarya/lklc05-26.pdf

Dan untuk versi summary-nya yang dibuat cukup singkat, silahkan terus membaca.

KOKSIDIOSIS! ya inilah penyakit yang seharusnya dikhawatirkan bagi para breeder atau pemilik kelinci. Ternyata tingkat kematian/mortaliti bagi seluruh jenis kelinci yang terinfeksi adalah tidak tanggung-tanggung, bisa mencapai angka 50% – 100%. Penyakit ini menjangkiti kelinci yang baru menjalani masa lepas sapih (5-8 minggu) dan kalaupun Kelinci tersebut sembuh dan menjadi dewasa, maka Kelinci tersebut akan menjadi carier (pembawa).

Tanda-tanda atau gejala kelinci yang terjangkiti Koksidiosis adalah : Pembesaran abdomen (perut), nafsu makan menurun, ikterus(perubahan warna kulit) dan MENCRET. Tanda-tanda ini bisa saja dikacaukan dengan jenis penyakit lain seperti Enteritis, Diare, Bloat dan kembung perut (Timpani).

Tapi adakalanya penyakit ini tidak memperlihatkan gejala, atau kematian dapat terjadi setelah beberapa hari terinfeksi. (Wah susah juga ya….)

Pada kelinci terdapat 2 jenis koksidiosis, yakni koksidiosis yang menyerang hati yang ditimbulkan oleh eimeria Stidae dan yang menyerang usus E. Magna, E.Media, E.Irresidua & E.Perforans.

Penyebaran penyakit ini terjadi di hampir seluruh dunia dan bersifat patogen (mudah menular).

Nah sekarang langsung saja kita menuju ke cara penanggulangannya, karena pencegahan adalah merupakan obat yang baik bagi penyakit ini . Hal yang sangat ekstrim dari tulisan ini adalah dimana Kelinci yang sudah terkena penyakit ini lebih baik dibunuh sehingga tidak menyebar ke koloni kelinci yang lain. Tapi di lain topik juga ada yang menyarankan bahwa koksidiosis bisa ditanggulangi dengan 0.05% sulfakuinoksalin dalam air minum selama 30 hari.

Demikian langkah-langkah pencegahannya :

  1. Kandang Kelinci harus sering dibersihkan dan di sterilkan.
  2. Akomodasi yang memiki standar yang memadai : Kering, ventilasi yang baik dan angin tidak kencang.
  3. Makanan tersedia terus menerus, kelinci suka makan sedikit-sedikit tapi berulang kali dan terus menerus.
  4. Air minum lebih baik yang memakai pipa logam daripada mangkuk dan harus sering disterilkan.
  5. Mencegah berdesak-desakan, khususnya induk dengan anak-anak sekelahiran dan anak-anak yang baru disapih.
  6. Kelinci yang baru diperoleh, sebaiknya dipisah selama 2-3 minggu sebelum digabung dengan kelompok utama.
  7. Hewan lain semisal anjing dan tikus harus dicegah kontak dengan makanan dan alas tidur kelinci.
  8. Pemeriksaan kelinci secara teratur.
  9. Harus dilakukan pengobatan pencegarahan secara terus menerus.

Tapi kabar baiknya adalah penyakit ini tidak menyerang manusia.

Photo Bayi Kelinci

baby-rabbit_small
Proses untuk dapat memiliki moment melihat secara langsung seperti apakah rupa Kelinci-kelinci yang sekarang ini hidup bersama kita pada saat kelahirannya, tentu tidak semua pernah mengalaminya. Saya yakin, momen seperti ini sudah tidak asing bagi para pelaku industri pengembang biakan Kelinci. Tapi untuk para pe-hoby yang memiliki hewan kesayangannya hanya sebagai pet, mungkin hanya beberapa saja yang pernah menyaksikannya. “This is what a wonderful rabbit world”.
Untuk kali ini, silahkan nikmati beberapa gambar / foto bayi-bayi kelinci yang didapat dari hasil surfing di Internet.
Bayi Kelinci usia 2 jam, Bayi-bayi yang beruntung dimana induk mereka telah berkeasi untuk menciptakan sarang yang indah dan penuh kehangatan
Bayi Kelinci usia 2 jam, Bayi-bayi yang beruntung dimana induk mereka telah berkeasi untuk menciptakan sarang yang indah dan penuh kehangatan
Bayi-bayi kelinci usia 3 hari, tidak seberuntung kelinci sebelumnya. Lahir dari Induk yang baru pertama kali melahirkan
Bayi-bayi kelinci usia 3 hari, tidak seberuntung kelinci sebelumnya. Lahir dari Induk yang baru pertama kali melahirkan
Bayi-bayi kelinci yang berusia 4 hari, Mereka masih buta dan tuli. Pada usia demikian bulu-bulu halusnya sudah mulai tumbuh ditubuhnya
Bayi-bayi kelinci yang berusia 4 hari, Mereka masih buta dan tuli. Pada usia demikian bulu-bulu halusnya sudah mulai tumbuh ditubuhnya
Bayi-bayi kelinci usia 12 hari, perhatikan bahwa mata mereka sudah mulai terbuka dan pola bulu (fur) pun sudah mulai terbentuk
Bayi-bayi kelinci usia 12 hari, perhatikan bahwa mata mereka sudah mulai terbuka dan pola bulu (fur) pun sudah mulai terbentuk

Kamis, 16 Juli 2009

=>Induk kelinci tidak mau menyusui

Kadang-kadang ada sebagian orang yang bingung...Kapan induk kelinci menyusui anaknya?Apakah anaknya tidak disusui?Tidak usah bingung dan repot-repot memaksa induknya agar menyusui anaknya baik dengan memegang badan ataupun ke empat kaki induknya,ataupun dengan menyodor-nyodorkan bayi kelinci ke induknya agar di susui..Jangan..! Hal itu jangan pernah anda lakukan,karena pemaksaan seperti itu biasanya akan membuat induk kelinci malah menjadi stres dan akhirnya benar-benar tidak mau menyusui anaknya .
Solusinya_
Kita harus faham betul,benarkah induk tak mau menyusui? Bayi kelinci yang baru dilahirkan dia tidak akan mampu bertahan hidup lebih dari 2 hari kalau dia tidak di susui induknya,dengan kata lain jika bayi kelinci masih hidup setelah 2 hari kelahiran berarti dia disusui induknya.
Induk kelinci biasanya menyusui anaknya pada jam-jam tertentu yaitu sekitar jam 2.30 sampai jam 3.30 itupun paling-paling cuma 5 menit ia menyusui anaknya,nah kalau kita ingin tahu induknya menyusui pastikan kita standbay di depan kandang jam 2.30 smp jam 3.30 pagi.


Untuk mendeteksi bayi kelinci yang tidak disusui,satu hari setelah kelahiran coba anda cek kondisi bayi kelinci,lihat perutnya dan suhu bandanya.Bayi kelinci yang tidak disusui perutnya akan kempes tidak gendut,suhu badan kelinci terasa dingin,terlihat sangat pucat dan kulit tubuh berkeriput.
Kalau memang terdapat tanda-tanda seperti diatas segera ambil tindakan,titipkan bayi kelinci tersebut pada induk lain tentunya induk yang sedang menyusui juga.Banyak faktor kenapa induk tidak mau menyusui bayinya salah satunya stres...
=Stres karena pasokan makanan kurang memenuhi gizi kelinci
=Induk kelinci baru pertama kali melahirkan,naluri keibuan belum ada
=Puting susu kelinci mengalami sakit atau terjadi pembengkakan dll
Induk kelinci yang mengalami stres bisa jadi dia akan menjadi kanibal memakan anaknya sendiri.
Solusi yang tepat adalah dengan
_Menjaga gizi selama induk bunting,termasuk memberi air minum.
_Menjaga ketenangan sekitar kandang,jangan sampai ada kucing atau tikus yang ingin mencoba masuk kandang
_7 hari sebelum beranak,siapkan kotak beranak lengkap dengan jerami kering
_Jangan langsung dipegang-pegang bayi yang baru dilahirkan
Semoga bermanfaat

Sabtu, 13 Juni 2009

Kelinciku tidak produktif..



Mungkin diantara para pembaca/peternak ada yg memiliki kelinci yg tidak produktif. Padahal kelinci tsb udah dibeli mahal2 dari seorang bandar…nah lho…knp y??

sebenernya apa sih yg dimaksud kelinci yg tidak produktif?kelinci bisa disebut tidak produktif karena beberapa hal, diantaranya

  • Jika Kelinci tidak mau kawin padahal tidak sedang mengandung
  • Jumlah keturunan sedikit(<5>
  • Abortus (anak lahir dalam keadaan mati/mati dalam kandungan)
  • dll

Mmh,..sekarang mari qt jawab satu persatu… :)

1. Jika Kelinci tidak mau kawin padahal tidak sedang mengandung,

Jika kelinci tidak sedang mengandun namun tidak mau kawin, mungkin karena kelinci tsb masih terlalu muda atau mmg sedang tidak ingin kawin. Bahkan ada literatur yg menyebutkan bisa jd kelinci tsb tidak suka dengan lawan jenisnya :P .

Kelinci adalah mahluk hidup yg punya perasaan, mood, and selera..jgn samakan dgn benda mati. Ada beberapa tanda tanda kelinci yg ingin menikah, yaitu :

  1. Kelinci gusar/tidak mau diam
  2. Pada kelinci betina, biasanya bulu si kelinci rontok. Bulu kelinci yg rontok menunjukan beberapa hal, diantaranya ingin kawin dan akan melahirkan
  3. Kemaluan si kelinci bewarna merah

Nah,..sekarang tahu kpn “tgl baik” untuk menikahkan kelinci qt :)

2. Nah, kl kelincinya cuma ngelahirin 1 anak, trus g mau nyusuin n anaknya pada mati gmn???

Jgn panik n terus langsung menyate kelinci anda,..kelinci pun sama seperti qt,..butuh belajar.Mungkin ini kelahiran pertama kelinci tsb/pengalaman pertama melahirkan sehingga sang induk blum biasa menyusui/kualitas dan kuantitas anak tidak terlalu baik. Jika induk tidak mau menyusui, coba titipkan ke induk sebelah yg sedang menyusui jg..usahakan usia si kelinci yg disusui tidak terlalu jauh. Pengalaman sy,..dulu ada kelinci yg kurang produktif…tp sy tidak putus asa..kelinci tsb kembali sy kawinkan beberapa bulan kemudian,..dan ternyata kelahiran yg kedua produktivitas meningkat.

Selain masalah pembelajaran kelinci,..mkn masalah lainya adalah karena si kelinci kurang vitamin,..terutama B1. Untuk kelinci yg “seret” susunya coba diberi pakan yg banyak mengandung vitamin

3. Kl abortus gmn???

Hati2 dgn “abortus”…karena selain sang anak yg mati,.bisa jd si induk pun akan mati karena keracunan jasad/bangkai anak kelinci. Abortus tidak bisa diobati, tp bisa dicegah. Saat si kelinci memasuki usia kehamilan tua(kelinci hamil selama +\- 30hari) pastikan kandang aman dan pasokan pakan memadai. Pada usia kehamilan tua jgn biarkan kelinci berlari2an..karena akan memperbasar kemungkinan mengalami abortus.

Nah sekarang gmn…apakah kelinci qt mmg tidak produktif????

mencret pada kelinci

Menret pada kelinci biasanya disertai dengan kembung pada perut kelinci,…atau jika tidak diobati maka kelinci tersebut bisa mati dalam keadaan kembung. Peternak Kami pernah bercerita bahwa di daerah Lembang ada kelinci seorang peternak yg mati karena perutnya pecah :( ,perutnya kembung namun tidak diobati. Mungkin bukan 100% salah peternak tersebut, karena penyakit ini memang susah2-gampang untuk dideteksi. Walau susah untuk dideteksi, tapi bukan berarti tidak ada tanda2nya sama sekali, berikut tanda2 kelinci yg sedang kembung/mencret/masuk angin

* Tidak bisa/malas berdiri. Kalaupun berdiri biasanya membungkuk,..sama seperti manusia yg sedang mules/masuk angin
* Karena menahan sakit, biasanya kaki depanya diselonjorkan kedepan terus agar kaki kelinci tsb tidak menyentuh bagian perutnya yg sedang sakit. Hal inilah yg menyebabkan kelinci tersebut enggan dan sulit untuk berdiri
* Mata sayu
* Kelinci jd kurang aktif
* Gigi “gemeretek”/bergesek2kan sehingga menimbulkan bunyi. Hal ini karena kelinci sedang menahan sakit
* Kelinci haus terus
* Kotoran kelinci tidak padat/seperti gell

Penyakit ini cukup sering lho menimpa kelinci,..jd mesti diwaspadai. Nah, kl dah tau ciri2nya…sekarang Kita cari tahu penyebabnya.Penyebab mulesnya si kelinci ada banyak, tidak hanya satu. Sama aja kan ky manusia???ada yg mules karena masuk angin, ada yg karena habis makan rujak, ada juga yg mules karena mau presentasi di depan Bos-nya :P

Yang Kami tau penyebab utamanya adalah

* Tidak seimbangnya antara serat, protein, lemak dan gizi lainya pada pakan kelinci,..nah sekarang Kita semakin sadar kan akan pentingnya pelet.
* Kotornya lingkungan kandang, sehingga bakteri masuk ke dalam tubuh kelinci melalui udara/makanan
* Angin malam
* Cuaca yg kurang baik
* Berganti2 makanan secara drastis. Mungkin sama saja ketika orang Sunda pindah ke Padang :P

Sebagai tambahan, penyebab mencretnya kelinci juga bisa diliat dari kotoran/feses kelinci tsb,…

* Kotoran berwarna ijo, dan seperti jelly, penyebab : Terlalu banyak serat/sayuran hijau yg tidak diimbangi dengan lemak, protein, dll(serat > 22%). Pengobatanya kelinci diberi hay(sayur yg sudah dilayukan)
* Kotoran berwarna gelap, encer : Ada dua kemungkinan, kemungkinan pertama warna gelap berasal dari darah. Pengobatanya harus dengan antibiotik. Kemungkinan kedua kelinci terserang karena terserang bakteri seperti E.colli. Biasanya kelinci hanya bisa bertahan 1-3hari saja. Penangananya harus cepat dengan memberikan antibiotik yg dapat dibeli di dokter hewan.

Ada tips dari Kami, biasanya kl kelinci Kami ketahuan mencret, Kami melepaskanya di kandang dan menjemurnya di pagi hari. Selain itu juga bisa dicoba diberi penyegar cap kaki 3 atau flagyl.

Sabtu, 02 Mei 2009

Kelinci Kaloran

Si Manja yang Menjanjikan

Flu burung merajelela. Kalau kita nekad usaha unggas tentu rawan bangkrut. Karena itu kalau mau usaha ternak carilah peliharaan yang minim resiko, sedikit modal namun hasil menjanjikan. Usaha apa?

Kelinci Australia jawabnya. Apa tidak beresiko?

Memang, bisnis apapun, apalagi berkaitan dengan urusahan nyawa pasti ada resiko. Tapi dibanding dengan unggas, kelinci lumayan aman. Itulah yang membuat usaha Sugiyono, 39 tahun, masih berjalan lancar. Selama 8 tahun, petani asal Janggleng Kaloran ini sudah membuktikan.

“Dulu saya ini bingung mau usaha apa. Pelihara kambing gagal, sapi gagal, jadi petani juga begitu-begitu saja. E, karena pengalaman yang saya dapat dari Bandungan Semarang, akhirnya saya bisa usaha ternak ini Mas, “tuturnya.

Apa benar usaha kelinci mampu menghidupi keluarganya? Bukankah banyak kelinci di desa-desa yang dipelihara petani toh tidak menjanjikan?

Rupanya peliharaan Sugi yang berjumlah 25 ekor itu bukan kelinci lokal, melainkan kelinci Australia. Badannya gemuk-gemuk, kulitnya tebal, tampangnya lucu, terlebih kelinci hiasnya.

Kelinci unggul ini biasa disebut Trewelu Ustrali. Jenis kelinci ini tergolong primadona baik untuk hias, pedaging, ternak maupun untuk kulitnya. Di daerah lain, seperti Bandungan Semarang, Lembang Bandung, jenis kelinci ini sudah lama dibudidayakan. Kelinci ini tergolong laris manis di pasar untuk berbagai kebutuhan, seperti hias, sate, atau bahkan sebatas kebutuhan bulunya untuk Jaket, Sandal, Tas dll.

Harga di pasaran Temanggung tergolong murah. Untuk usia 35 hari, alias selesai sapih hanya Rp 10.000. Kelinci ini biasanya dibeli oleh para peternak untuk dibesarkan. Tapi resiko kematian cukup tinggi mengingat kelinci tergolong hewan manja, yang tidak gampang lepas induknya. Untuk mencapai harga bagus biasanya peternak seperti Sugi memelihara sampai umur 3 bulan dengan harga Rp 80 ribuan. Sedangkan yang berumur 6 bulan, dijual Rp 150.0000.

Harga itu tergolong murah. Beberapa minggu lalu, saat penulis datang ke Kawasan ternak kelinci di Lembang Bandung, harga kelinci sehat-gemuk yang dipelihara Sugi dijual dengan harga Rp 200.000, ada juga yang mencapai Rp 225.000 sampai Rp 300.000 untuk kelinci hias.

Tapi soal harga adalah urusan pasar. Bagi Sugi, yang penting usaha. Ia tidak perlu repot menjual ke kota. Cukup menunggu tamu di rumah, dagangan laris manis. Dengan 25-30 kelinci itu rata-rata ia memperoleh hasil Rp 750.000-Rp 1.200.000. “Saya yakin bisa untung lebih banyak kalau modalnya besar. Ya ini dapat segitu sudah lumayan. Maklum, modal saya kecil,” katanya.

Di daerah Kaloran pakan untuk kelinci cukup terjamin. Kalau bosan rumput bisa berganti ampas tahu atau makanan yang lain. Agar kualitas kelinci gemuk dan sehat, maka kandang harus dipisah dengan hewan lain, dan selalu bersih. Kalau kotor dan udara lembab, kelinci biasanya stres dan penyakitan. Kalau mau sukses, manjakan hewan pendiam ini dengan akan dan suasana yang serba nyaman. Selanjutnya, disate wae….(dari www.stanplat.com)

Beberapa minggu yang lalu, penulis menyempatkan mendatangi sebuah peternakan kelinci hias di Parongpong Bandung Utara. Penulis merasa tertarik datang ke peternakan kelinci setelah secara tak sengaja mendapatkan gambar jenis kelinci dunia yang begitu beragam dan memiliki keunikan masing-masing. Ada jenis Holland Loop, Fuzzy Loop, Dwarft Hotot, Satin, Harlequen, Netherland Dwarft dan puluhan jenis kelinci lain dari berbagai suku bangsa. Dari pengenalan gambar dan keterangan di internet tersebut penulis disadarkan oleh perspektif baru bahwa kelinci yang kita kenal selama ini di kampung-kampung yang dipelihara para petani bukanlah termasuk kelinci hias, melainkan jenis pedaging. Kelinci hias memiliki beragam bulu dan bentuk fisik dengan keunikan yang luar biasa.

rex-as-putih.jpgSetelah beberapa saat berbicara kepada seorang petani, Pak Sabar, penulis ditanya; dari mana Anda tahu ada peternakan kelinci di sini?

“Saya dapat dari berita di Internet pak,” jawab saya singkat. Kontan, Pak Sabar hanya menjawab, o. Entah tahu atau tidak Internet itu makhluk apa. Yang ia tahu, bahwa majikannya, seorang dokter di rumah sakit terkemuka di Bandung itu konon sering diliput wartawan atas kesuksesan mengelola agroindustrinya. Selain ternak ternak ayam, itik, domba dan sapi sang bos beternak kelinci hias dari berbagai jenis bangsa. Nah, kedatangan saya ke Pak Sabar tersebut adalah untuk membuktikan apakah benar kelinci-kelinci jenis hias itu sama bagus dan menarik dari sisi bisnis sebagaimana banyak diberitakan di koran-koran, terutama di Internet. Ternyata benar. Kelinci jenis hias di Parongpong dan Lembang Bandung yang sudah berpuluh-puluh tahun ada itu sangat menarik perhatian. Saya merasa agak “menyesal”, tinggal lama di Bandung namun baru tahu ada banyak jenis kelinci hias yang diternakkan sedemikian cerdas dan profesional, sehingga menghasilkan kekayaan bagi sang pemodalnya. Ya, beruntung ada Internet.

pak-sabar-pic-by-aryani.jpgInternetlah yang memperkenalkan kepada kita tentang dunia lain yang sebenarnya dekat tapi selama ini kita abaikan. Dengan Internet selama ini kita justru sering banyak tahu berita dari negeri jauh dan lupa akan lingkungan terdekat. Beruntunglah kiranya dengan Internet orang asing yang menulis peternakan kelinci itu menyadarkan bahwa di sekitar kita ada potensi bisnis yang besar namun sering diabaikan masyarakat kita.Setelah pulang dengan membeli beberapa ekor kelinci hias, penulis langsung kembali ke meja Internet. Berhari-hari saya telusuri tentang fenomena peternakan kelinci di Indonesia melalui Internet. Alhasil, ternyata ternak kelinci sedang ngetren diperbincangan di beberapa milist. Banyak juga berita-berita lokal tentang kelinci, terutama kelinci untuk jenis pedaging. Sedangkan berita dari luar negeri lebih banyak didominasi oleh pengelolaan kelinci hias sebagai salahsatu jenis hobi.

Tapi setelah dua tahun terakhir ini kaum peternak memperlihatkan hasil budidaya kelinci impor melalui Internet, mendadak banyak orang tertarik mengenal kelinci lebih jauh. Berbagai jenis kelinci dunia ternyata sudah banyak bertebaran di beberapa daerah, seperti Lembang, Parongpong (Bandung), Klaten, Semarang, Surabaya, Cipanas (Bogor), Temanggung, Magelang (Jawa Tengah) dan lain-lain. Dari Internet, ribuan orang sekarang dikenalkan oleh hal-hal yang baru yang tadinya hanya diketahui sedikit orang, terutama para peternak di Lembang dan Parongpong di Bandung. Melalui Internet inilah kemudian terjadi kenaikan bisnis yang nyata. Beberapa peternak yang pernah diliput media dan tampil di Internet atau mereka para peternak yang sengaja mengiklankan melalui media online langsung mendapatkan banyak respon yang positif. Kenaikan omset pun meningkat mengingat pesanan dari berbagai daerah bertambah pesat. Dampaknya, beberapa anak muda yang kreatif menangkap peluang ini pun langsung mencoba membudidayakan ternak kelinci di lingkungan masing-masing.

Dari sini kita bisa memetik pelajaran berharga bahwa dunia bisnis Internet tidak selalu berurusan dengan hal-hal yang glamor sebagaimana yang dipikirkan banyak orang. Dunia bisnis internet sebagaimana di banyak negara maju sebenarnya lebih banyak berhubungan dengan hal-hal yang sifatnya tradisional daripada bisnis modern. Seyogianya kaum cyberis tidak perlu lagi sungkan menggali nilai-nilai tradisional yang sudah ada untuk kemudian dikembangkan prospeknya melalui Internet. Tidak ada salahnya kita belajar dari kelinci agar kita tidak hanya jadi kelinci percobaan bisnis di era global sekarang ini.

kelinci-hias-2-pic-by-aryani.jpg

Gerak ternak di jalur Internet

Salahsatu fenomena perkembangan bisnis ternak kelinci berbasis Internet bisa kita ambil dari seorang pemuda dari Temanggung Jawa Tengah. Farid Ibrahim (27), di awal tahun ini memilih beternak kelinci jenis impor. Alasannya karena modal untuk untuk ternak kelinci tidak terlalu besar. Kebutuhan rumput tidak banyak. Dengan memelihara sebanyak 20 ekor kelinci induk ia hanya butuh pakan satu karung, setara dengan kebutuhan seekor kambing. Pakan tambahan bisa dicari dari pakanan unggas seperti bekatul, dedak atau pelet. Farid yang juga salahsatu pengajar di pesantren “Ridlo Allah” Kaloran Temanggung itu pada mulanya memang tertarik dari salahsatu peternak di Kawasan Wisata Bandongan Semarang. Namun alasan yang membuat ia tergerak berani memilih ternak kelinci adalah karena informasi yang ia dapatkan dari internet. Dari informasi itu ia mendapatkan banyak pelajaran tentang metode peternakan kelinci, ia pun memberi beberapa buku tentang peternakan kelinci. Belajar otodidak ini membuatnya merasa percaya diri untuk menjadi peternak serius. Internet pula yang membuat Farid memiliki akses jaringan yang luas dari para peternak di beberapa daerah di luar kota, seperti Purwokerto, Semarang, Lembang, Parongpong (Bandung), Cipanas Bogor, Jakarta, Klaten dan lain-lain.

Melalui komunikasi internet –yang kemudian berlanjut pada komunikasi selular hingga hubungan darat- Farid menjalin relasi untuk mencari bibit kelinci jenis hias dari Bandung, terutama dari Parongpong. Berbagai jenis hias yang selama ini hanya dimiliki peternak elit dengan harga mahal ia kembangkan di Temanggung. Alasannya, di daerah Jawa Tengah jenis-jenis hias tidak sebanyak di Bandung. Dengan demikian ia merasa percaya diri menawarkan beragam jenis kelinci hias di Temanggung dan sekitarnya. Dari internet pula Farid mengembangkan hubungan yang harmonis dengan seorang saudagar pakan ternak terkenal dari Klaten. Dari Klaten itu ia bisa membeli harga pakan ternak kelinci lebih murah dibanding harga pelet unggas atau pakan jenis lain.

Selain relasi tersebut, Farid juga sering mendapat pesanan kelinci beragam jenis dari daerah-daerah lain, sampai-sampai ia merasa kebingungan dengan permintaan pasar. Ia tidak mungkin menjual induknya, sebab kalau induk dijual berarti tidak ada lagi anakan yang akan dijual. Karena itu yang dibutuhkan Farid sekarang adalah menambah jumlah induk dengan cara tidak menjual anaknya dalam jangka waktu 6 bulan agar menjadi induk-induk tambahan. Dengan begitu kelak beberapa induknya akan menghasilkan anakan-anakan kelinci hias lebih banyak dan mampu memenuhi permintaan pasar lebih besar.

Pangsa Pasar Kelinci

Di luar peranan internet dalam memainkan perkembangan ternak kelinci, apakah dari sisi bisnis kelinci benar-benar menguntungkan? Dari pelbagai perbincangan penulis dengan para peternak di Lembang, Parongpong dan peternak daerah lain melalui internet dan wawancara telepon saya bisa memberikan rasio perhitungan berikut ini:

Analisa budidaya kelinci impor untuk kategori pedaging per 50 ekor induk untuk peliharaan setahun:

1) Biaya Produksi

a. Rumah untuk kandang Rp 1.500.000

b. Kandang besi dan perlengkapan Rp. 2.000.000,-

c. Bibit induk 50 ekor @ Rp. 100.000, = Rp. 5.000.000,-

d. Pejantan 5 ekor @ Rp. 150.000,- Rp. 750.000,-

e. Pakan rumput (relatif)

Pakan pellet/konsentrat perbulan kira-kira Rp 100.000 x 12= 1.200.000

f. Obat dan vitamin (setahun) Rp. 500.000

h. lain-lain termasuk rumput 1 juta

Jumlah biaya produksi Rp. 11.950.000

2) Pendapatan rata-rata 46 ekor:

Pilihan penghasilan dalam setahun:

a. Jual anak (usia 1 bulan) dari 46 ekor betina x 6 anak = 276 x 6 ( dalam setahun)= 1656 ekor x Rp 10.000 (harga anak): Penghasilan bersih 16.560.000

b. Jual (dewasa 4 bulan) dari 46 betina x 6 anak = 276 x 3 (dalam setahun)= 828 x Rp 40.000 (harga dewasa) = 33.120.000:

(keuntungan dikurangi biaya tambahan makan dan obat Rp 1.000.000): penghasilan bersih Rp 32.120.000

c. Jual (bibit 7 bulan) dari 46 betina x 6 anak = 276 x 1 (7-12 bulan) = 276 x Rp 150.000 = Rp 41.400.000

(keuntungan dipotong biaya tambahan makan dan obat Rp 2.000.000)

Penghasilan bersih = Rp 38.400.000

Keuntungan tersebut bisa juga dikombinasikan dengan membagi penjualan anak mulai dari umur 1 bulan sampai umur 6 bulan (induk). Untuk kelinci hias biaya induk lebih mahal. Namun keuntungannya 2x lipat lebih tinggi. Jadi sebenarnya kalau kita hitung secara kalkulatif, ternak kelinci dengan modal antara 10-12 juta dalam waktu 7 bulan sudah balik modal. Untuk selanjutnya peternak bisa meraih keuntungannya. (Catatan: Hitungan yang saya buat tersebut tentu saja hanyalah prakiraan. Bisa saja kurang dan bisa lebih)

Bagi yang tidak memiliki modal besar jangan khawatir. Sebab ternak kelinci juga bias dimulai dari beberapa ekor. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah kelinci sudah menjadi kebutuhan massal di masyarakat kita? Memang, untuk jenis kelinci pedaging kita tidak melihat potensi pasar seluas peliharaan lain seperti domba dan unggas. Hanya sedikit orang yang tertarik mengonsumsi kelinci, itupun dalam kurun waktu yang relatif lama. Tapi di beberapa kota besar seperti Malang, Yogyakarta, Bandung Utara, Semarang dan beberapa kota lain sekarang ini kebutuhan sate kelinci lumayan meningkat di banding 5 tahun sebelumnya. Bahkan pasokan daging kelinci masih teramat kurang. Ini artinya pasar masih sangat terbuka lebar.

Kekhawatiran akan terjadinya over-produksi barangkali belum perlu dipikirkan. Kalaupun dalam jangka waktu 5 tahun ke depan over-produksi terjadi, para peternak masih bisa mengembangkan pasar ke kalangan masyarakat. Masyarakat kita sebenarnya lumayan suka dengan daging kelinci, hanya saja karena kurang terbiasa sehingga daging kelinci kurang dilirik. Saya kira ketika ada stok daging kelinci di pasar sebagaimana daging sapi, kambing kemungkinan besar daging kelinci termasuk komoditi yang sangat bagus. Di sinilah pentingnya promosi lebih giat dari media massa dan pemerintah agar daging kelinci yang memiliki protein tinggi dan minim kolesterol ini dikonsumsi masyarakat. Jenis kelinci hias lebih mahal dari pedaging. Satu hal yang membuat peternak kelinci hias akan berkembang adalah ketika masyarakat mulai mengemari hobi memelihara kelinci. Sebenarnya kelinci hias seperti Holland Lop, Fuzzi Lop (Belanda), Dutch (Belgia), Rex (Amerika) dan berbagai jenis lain sangat menarik di banding dengan memelihara kucing atau anjing sekalipun. Hanya saja karena masyarakat kita belum begitu mengenal beragam jenis hias impor sehingga belum tertarik. Saya yakin jika para penggemar hewan peliharaan itu mengenal lebih dekat tentang kelinci, mereka tidak akan lama-lama merogoh kocek untuk membelinya.(dimuat di majalah Infovet edisi Desember 2007)

Siti Nur Aryani.

Berguru Kelinci ke Vietnam dan China

Vietnam dan China terbukti sukses mengembangkan usaha ternak kelinci di negaranya

a35Kelinci belum banyak dikembangkan di Indonesia meskipun jenis ternak ini berpotensi besar dalam peningkatan mutu gizi masyarakat. Sementara pemerintah juga masih kurang serius menggarap usaha ternak ini. Padahal usaha ternak kelinci bisa membantu meningkatkan pendapatan masyarakat dan bahkan bisa jadi solusi mengatasi pengangguran. Lihat saja Vietnam dan China. Kedua negara tersebut cukup sukses mengembangkan kelinci. Untuk itu, demi pengembangan usaha si kuping panjang ini di tanah air, tak ada salahnya berguru kepada mereka. Berikut ulasannya.

Ternak Rakyat di Vietnam
Di Nho Quan pedesaan di Provinsi Ninh Binh, Vietnam sebelum tahun 2000an, petani setempat memelihara kelinci sebagai usaha sampingan, penghasil gizi keluarga atau sekadar peliharaan kesenangan. Produktivitasnya di masa itu sangat rendah karena pemeliharaan dilakukan dengan cara dilepas bebas di pekarangan rumah. Lalu pada suatu musim di tahun 2003, ribuan kelinci di kawasan pegunungan Nho Quan itu tertimpa penyakit kaki dan mulut. Beruntung pemerintah tanggap. Penyakit tersebut diteliti lalu dikumpulkan sebagai studi persoalan penyakit hewan oleh pemerintah setempat.
Selanjutnya penanganan kasus ini juga melibatkan pihak penyuluh serta didukung oleh pemerintah provinsi yang justru bersikap bijaksana mendorong budidaya kelinci secara modern, bukan malah secara naif menghabisi kelinci karena alasan penyakit. Bahkan, pemerintah menurunkan tim khusus untuk program modernisasi peternakan. Para dokter hewan, petani, ibu rumah tangga, petugas departemen kesehatan, menyatu dalam program terencana pemerintahan lokal. Dalam hal ini, pelatihan, pemberdayaan dan penyadaran kesehatan ternak secara modern digalakkan.

Kredit Lunak untuk Peternak
Keseriusan pemerintah ini terbukti berhasil. Empat tahun kemudian (2007), usaha peternakan kelinci di sana kembali menggeliat. Angka pertumbuhan usaha ini mencapai 25,6 %. Jika sebelum 2003, setiap dusun hanya lima kepala keluarga yang memiliki kelinci, pada 2007, peternak jumlah kelinci melonjak mencapai 18 hingga 20 kepala keluarga pada setiap dusun. Dari sini mengalirlah kredit lunak untuk peternak. Mereka ditawari kesanggupan membayar secara realistis, tanpa perlu membuat proposal. Pemerintahlah yang melakukan riset lapangan secara langsung setiapkali ada pengajuan modal.
Untuk itu, pemerintah membentuk asosiasi peternak kelinci yang memberikan keleluasaan kepada peternak. Pemerintah bertindak sebagai pencatat dan pengawas. Selain itu, pemerintah juga mendatangkan teknologi peternakan yang menunjang usaha peternakan kelinci misalnya dalam pembuatan pakan dan pengolahan pascapanen. Tetapi sebelumnya mereka mengundang peneliti untuk melakukan riset obyektif.
Hasil penelitian tersebut merekomendasikan beberapa hal. Diantaranya, peternakan kelinci sulit berkembang jika pasar tidak terbuka, masyarakat sering kesulitan membeli kelinci karena tidak semua orang tahu lokasi pemeliharaan kelinci. Selanjutnya petani akan cepat pintar jika kerap diadakan pelatihan serius, asosiasi atau koperasi peternak kelinci sangat penting untuk memberikan posisi tawar harga di pasaran, pengolahan pascapanen sangat menentukan perkembangan pasar kelinci dan ibu rumah tangga berpotensi menjadi pengelola ternak kelinci di rumah karena mereka (62%) terbukti lebih sayang terhadap kelinci dibanding laki-laki (38%).

China Spektakuler
Sementara di China, kelinci sudah dikenal luas oleh masyarakat. Pada 1950, berbagai jenis kelinci dari luar negeri membanjiri Negeri Tirai Bambu tersebut. Gu Zilin, peneliti dari Insititut Pertanian Universitas Ia Bei, Boading China (2001) menuliskan hasil risetnya tentang peternakan kelinci di China. Dalam artikel “Review Rabbit Breeding In a15China”, Zilin mengkaji pencapaian pengalaman pemeliharaan kelinci domestik di China. Hasilnya, peternakan kelinci memiliki implikasi ekonomis baik dari daging, bulu dan hasil lainnya di sana. Jenis Anggora untuk tujuan penghasil bulu paling banyak diminati peternak.
Pemerintah selain memfasilitasi para pengimpor swasta juga terlibat memberikan bantuan belanja kelinci dari beberapa negara seperti Inggris, Jepang dan Hungaria. Kelinci Anggora yang didatangkan dari Jerman dan Perancis sangat diminati peternak karena kualitas bulunya yang baik. Sedangkan jenis kelinci pedaging, pemerintah China mendatangkan jenis kelinci besar dari Jepang, Selandia Baru, Jerman, Perancis, Amerika Serikat, Denmark dan lain-lain. Kelinci penghasil Fur jenis Rex dari Amerika Serikat juga banyak didatangkan semenjak tahun 1980an.
Masuknya beragam kelinci impor tersebut membuat kelinci lokal China seperti jenis Taihang, Saibei, Fujiang, Anyang dan lain-lain berkembang lebih variatif karena perkawinan silang. Upaya pemerintah mengimpor kelinci ini membuat peternakan kelinci untuk penghasil bulu lebih cenderung pesat dibanding kelinci sebagai penghasil pedaging. Pesatnya perkembangan ternak kelinci juga didukung fakta bahwa masyarakat setempat sangat menggandrungi kelinci.
Kemudian pada 1980 kerjasama ekonomi dan teknologi di bidang peternakan kelinci dengan pemerintah Jerman, Perancis dan Amerika Serikat dilaksanakan di Jiangsu, Shandong, China. Kerjasama ini memperkenalkan model peternakan baru dan teknologi canggih untuk mengelola kelinci beserta hasil-hasilnya. Pada 1988, China menjadi tuan rumah konferensi kelinci tingkat dunia yang ke empat (Fourth World Rabbit Science Conference for Rabbit Sains).